STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
A. PENTINGNYA STRATEGI BELAJAR
Menurut Weinstein dan Meyer, dalam Nur (2000 : 5) pengajaran yang baik meliputi mengajarkan siswa bagaimana mengingat, bagaimana berpikir dan bagaimana memotivasi diri mereka sendiri. Pengajaraan strategi belajar berdasarkan pada dalil bahwa keberhasilan siswa sebagian besar bergantung pada kemahiran untuk belajar mandiri dan memonitor belajar mereka sendiri. Hal inilah yang menjadikan strategi belajar mutlak diajarkan kepada siswa tersendiri mulai dari kelas enam SD dan terus berlanjut sampai sekolah menengah dan perguruan tinggi. Hal lain yang dianggap pentingnya mengajarkan strategi belajar adalah alur pemikiran Norman dalam Arends (1997 : 234), yang memberikan kelemahan guru dalam tugas mengajarkan siswa bagaimana belajar sebagai tujuan pendidikan. Lebih lanjut Weinstein dan Meyer dalam Nur (2000 : 6) mengatakan :
Merupakan hal yang aneh apabila kita mengharapkan siswa belajar namun jarang mengajarkan mereka tentang belajar. Kita mengharapkan siswa untuk memecahakan masalah namun jarang mengajarkan mereka tentang pemecahan masalah. Dan sama halnya kita kadang-kadang meminta siswa mengingat sejumlah besar bahan ajar namun jarang mengajarkan mereka seni menghafal. Sekarang tibalah waktunya kita membenahi kelemahan kita tesebut, tibalah waktunya kita mengembangkan ilmu terapan tentang belajar dan pemecahan masalah dan memori. Kita perlu mengembangkan prinsip-prinsip tentang bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana memecahkan masalah dan kemudian mengemasnya dalam bentuk pelajaran yang siap diterapkan dan kemudian memasukan metode-metode ini dalam kurikulum.
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam upaya mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bias di artikan sebgagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Strategi belajar mengacu pada perilaku dan proses-proses berpikir yang digunakan oleh siswa yang mempengaruhi apa yang dipelajari, termasuk proses memori dan metakognitif. Selanjutnnya Pressley (1991) dalam Nur (2000 : 7) mengatakan, bahwa strategi belajar adalah operator-operator kognitif meliputi dan diatas proses-proses yang secara langsung terlibat dalam menyelesaikan tugas (belajar).
Tujuan utama pengajaran strategi belajar adalah mengajarkan siswa untuk belajar atas kemauan sendiri. Dengan perkataan lain tujuan pengajaran strategi belajar mengajar adalah untuk membentuk siswa sebagai pemebelajar mandiri (Self Regulated Learner). Menurut Arends dalam Nur (2000 : 9) seorang siswa sebagai pembelajar mandiri dapat melakukan hal-hal sebagai berikut : a) secara cermat mendiagnosa suatu pembelajaran tertentu, b) memilih suatu strategi belajar tertentu untuk meneyelasikan masalah belajar tertentu yang dihadapi, c) memonitor keefektifan tersebut, d)cukup termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar tersebut sampai masalah tersebut terselesaikan.
Menurut Djamarah Sain (2002 : 5), ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yaitu : pertama, mengidentifikasikan serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan; kedua, memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat; ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya; dan keempat, menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar, yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Menurut Arends, dalam Nur (2000 : 25), ada empat jenis utama strategi belajar yang dapat dilatihkan, yaitu: (1) strategi mengulang (rehearsal strategies); (2) strategi elaborasi (elaboration strategies); (3) strategi organisasi (organization strategies); dan (4) strategi metakognitif (metacognitive strategies).
B. STRATEGI BELAJAR
1. Ruang Lingkup Strategi Belajar
Ada beberapa strategi membaca yang digunakan untuk membaca buku pelajaran dan bahan bacaan yang lainnya dalam sesuatu bidang pengetahuan. Strategi SQ3R (Survey, Question, Read, Recite dan Review) yang dicetuskan oleh Francis Robinson tahun 1941, yang membuat perubahan besar dalam perkembangan metodologi belajar (Nur, 2000 : 25).
Pola ini kemudian ditiru oleh ahli-ahli lain dengan penyempurnaan uraian, penambahan langkah, atau perubahan sebutan saja. Sampai sekarang telah berkembang begitu system belajar, di antaranya : system PQRST (Preview, Question, Read, State, and Test) dari Thomas F. Stanton, OK5R (Overview, Key Ideas, Read, Record, Recite, Review, and Reflect) oleh Walter Pauk, STUDY (Survey, Think, Understand, Demonstrate, You Review) dari William Resnick dan David Heller, dan masih banyak sistem membaca lainnya untuk keperluan belajar (Gie, 1998 : 68). Keseluruhan strategi ini pada dasarnya mempunyai prinsip yang sama.
Strategi elaborasi adalah proses penambahan perincian sehingga informasi baru akan lebih bermakna, oleh karena itu membuat pengkodean membuat lebih mudah dan lebih memberikan kepastian. Strategi ini membantu pemnindahan informasi baru dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang, melalui penciptaan gabungan dan hubungan antara informasi baru dan apa yang telah diketahui. Menurut Pratiwi (2003 : 10) strategi ini terdiri dari: (1) pembuatan catatan; (2) penggunaan Analogy, dan (3) Strategi PQ4R.
Strategi PQ4R merupakan salah satu bagian dari strategi elaborasi. Strategi ini digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca, dan dapat membantu proses belajar mengajar di kelas yang dilaksanakan dengan kegiatan membaca buku. Kegiatan membaca buku bertujuan untuk mempelajari sampai tuntas bab demi bab suatu buku pelajaran. Oleh karena itu keterampilan pokok pertama yang harus dikembangkan dan dikuasai oleh para siswa adalah membaca buku pelajaran dan bacaan tambahan lainnya. Dengan keterampilan membaca itu setiap siswa akan dapat memasuki dunia keilmuan yang penuh pesona, memahami khasanah kearifan yang banyak hikmat, dan mengembangkan keterapilan lainnya yang amat berguna untuk kelak mencapai sukses dalam hidup. Aktivitas membaca yang terampil akan membukakan pengetahuan yang luas, gerbang kearifan yang dalam, serta keahlian di masa yang akan datang. Kegiatan dan keterampilan membaca itu tidak dapat diganti dengan metode-metode pengajaran lainnya. Dengan membaca kita dapat berkomunikasi dengan orang lain melalui tulisan. Membaca dapat dipandang sebagai sebuah proses interaktif antara bahasa dan pikiran. Sebagai proses interaktif, maka keberhasilan membaca akan dipengaruhi oleh faktor pengetahuan yang melatar belakangi dan strategi membaca (Gie, 1998 : 2). Karena konsep ekosistem peran dan interaksinya dapat dilatihkan dengan cara membaca bukuteks maka peneliti mencoba menerapkan Strategi PQ4R untuk memudahkan siswa memahami konsep tersebut.
Salah satu strategi yang paling terkenal untuk membantu siswa memahami dan mengingatkan materi yang mereka baca adalah strategi PQ4R Thomas dan Robinson (1972) dalam Arends (1997 : 257). Strategi ini didasarkan pada strategi PQRST dam strategi SQ3R (Arends, 1997). Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam strategi membaca PQ4R adalah sebagai berikut :
a. Preview
Langkah pertama ini dimaksudkan agar siswa, membaca selintas dengan cepat sebelum mulai membaca bahan bacaan siswa yang memuat materi ekosistem peran dan interaksinya.
Siswa dapat memulai dengan membaca topik-topik, sub topik utama, judul dan sub judul, kalimat-kalimat permulaan dan akhir suatu paragraph, atau ringkasan pada akhir suatu bab. Apabila hal itu tidak ada, siswa dapat memeriksa setiap halaman dengan cepat, membaca satu atau dua kalimat di sana-sini sehingga diperoleh sedikit gambaran mengenai apa yang dipelajari. Perhatikan ide poko yang akan menjadi inti pembahasan dalam bahan bacaan siswa. Dengan ide pokok ini akan memudahkan mereka meberi keseluruhan ide yang ada.
b. Question
Langkah kedua adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri untuk satiap pasal yang ada pada bahan bacaan siswa. Pergunakan “judul dan sub judul atau topic dan sub topic utama”. Awali pertanyaan dengan menggunakan kata “apa, siapa, mengapa, dan bagaimana”. Kalau pada akhir bab telah ada daftar pertanyaan yang dibuat oleh pengarang, hedaklah baca terlebih dahulu. Pengalaman telah menunjukan bahwa apabila seseorang membaca untuk menjawab sejumlah pertanyaan, maka akan membuat dia membaca lebih hati-hati serta seksama serta akan dapat membantu mengingat apa yang dibaca dengan baik.
c. Read
Baca karangan itu secara aktif, yakni dengan cara pikiran siswa harus memberikan reaksi terhadap apa yang dibacanya. Janganlah membuat catatan-catatan panjang. Cobalah mencari jawaban terhadap semua pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya.
d. Reflect
Reflect bukanlah suatu langkah terpisah dengan langkah ketiga (Read), tetapi merupakan sesuatu komponen esensial dari langkah ketiga tersebut. Selama membaca, siswa tidak hanya cukup mengingat atau menghafal, tetapi cobalah untuk memahami informasi yang dipresentasikan dengan cara (1) menghubungkan informasi itu dengan hal-hal yang telah anda ketahui; (2) mengkaitkan subtopik-subtopik di dalam teks dengan konsep-konsep atau prinsip-prinsip utama; (3) cobalah untuk memecahkan kontradiksi di dalam informasi yang telah disajikan; dan (4) cobalah utuk menggunakan materi itu untuk memecahkan masalah-masalah yang disimulasikan dan dianjurkan dari materi pelajaran tersebut.
e. Recite
Pada langkah kelima ini, siswa diminta untuk merenungkan (mengingat) kembali informasi yang telah dipelajari dengan menyatakan butir-butir penting dengan nyaring dan dengan menanyakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan. Siswa dapat melihat kembali catatan yang telah dibuat dan menggunakan kata-kata yang ditonjolkan dalam bacaan. Dari catatan-catatan yang telah dibuat pada langkah terdahulu dan berlandaskan pada ide-ide yang ada pada siswa, maka mereka diminta membuat intisari materi dari bacaan. Usahakan intisari ini merupakan inti dari pembahasan konsep ekosistem peran dan interaksinya.
f. Review
Pada langkah terakhir ini siswa diminta untuk membaca catatan singkat (intisari) yang telah dibuatnya, mengulang kembali seluruh isi bacaan bila perlu dan sekali lagi jawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Telah banyak dilakukan penelitian tentang strategi-strategi belajar jenis PQ4R, dan metode ini telah terbukti efektif dalam membantu siswa menghafal informasi dari bacaan (Nur, 2000 : 25). Melakukan preview dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebelum pembaca mengaktifkan pengetahuan awal dan mengawali proses pembuatan hubungan antara informasi baru dan apa yang telah diketahui. Mempelajari judul-judul dan topik-topik utama membantu pembaca sadar organisasi bahan-bahan baru tersebut, sehingga memudahkan perpindahannya dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang.
Dari langkah-langkah strategi belajar PQ4R yang telah diuraikan diatas, dapat dilihat bahwa strategi belajar ini dapat membantu siswa memahami materi pembelajaran, terutama terhadap materi-materi yang lebih sukar dan menolong siswa untuk berkonsentrasi lebih lama. Langkah-langkah pemodelan pembelajaran dengan penerapan strategi PQ4R terdapat pada tabel 10.1
Table 10.1
Langkah-langkah Pemodelan Pembelajaran dengan penerapan strategi belajar PQ4R
Langkah-langkah | Tingkah Laku Guru | Aktivitas Siswa |
Langkah 1 Preview | a. Memberikan bahan bacaan kepada siswa untuk dibaca. b. Menginformasikan kepada siswa bagaimana menemukan ide pokok/tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. | Membaca selintas dengan cepat dengan cepat untuk menemukan ide pokok/tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. |
Langkah 2 Question | a. Menginformasikan kepada siswa agar memperhatikan makna dari bacaan. b. Memberikan tugas kepada siswa untuk membuat pertanyaan dari ide pokok yang ditemukan dengan menggunakan kata-kata apa, mengapa, siapa, dan bagaimana. | a. Memperhatikan penjelasan guru. b. Menjawab pertanyaan yang telah dibuatnya. |
Langkah 3 Read | Memberikan tugas kepada siswa untuk membaca dan menanggapi/menjawab pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. | Membaca secara aktif sambil memberikan tanggapan terhadap apa yang telah dibaca dan menjawab pertanyaan yang dibuatnya. |
Langkah 4 Reflect | Mensimulasikan/menginformasikan materi yang ada pada bahan bacaan. | Bukan hanya menghafal dan mengingat materi pelajaran tapi mencoba memecahkan masalah dari informasi yang diberikan oleh guru dengan pengetahuan yang telah diketahui melalui bahan bacaan. |
Langkah 5 Recite | Meminta siswa membuat inti sari dari seluruh pembahasan pelajaran yang dipelajari hari ini. | a. Menanyakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan. b. Melihat catatan-catatan/intisari yang telah dibuat sebelumnya. c. Membuat intisari dari seluruh pembahasan. |
Langkah 6 Review | a. Menugaskan siswa membaca intisari yang dibuatnya dari rincian ide pokok yang ada dalam benaknya. b. Meminta siswa membaca kembali bahan bacaan, jika masih belum yakin dengan jawabannya. | a. Membaca intisari yang telah dibuatnya. b. Membaca kembali bahan bacaan siswa jika masih belum yakin akan jawaban yang telah dibuatnya.
|
2. Teori yang Mendasari Strategi PQ4R
Menurut Arends (1997 : 244), strategi-strategi belajar merujuk kepada perilaku dan proses-proses pikiran yang digunakan siswa yang mempengaruhi apa yang dipelajarinya, termasuk ingatan dan proses metakognitif. Nama lain untuk strategi belajar adalah strategi kognitif. Contoh tujuan kognitif tradisional yang diharapkan dicapai siswa adalah pemahaman suatu wacana dalam sebuah buku. Menurut Weinstein dan Meyer dalam Arends (1997 : 243), “Mengajar yang baik mencakup mengajari siswa bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berpikir, dan bagaimana mendorong diri sendiri.”
Pembelajaran dengan penerapan strategi-strategi belajar berpedoman pada premis, bahwa keberhasilan siswa banyak bergantung kepada kemahiran mereka untuk belajar sendiri untuk memonitor belajarnya sendiri. Hal ini menyebabkan pentingnya strategi-strategi belajar diajarkan kepada anak didik dimulai dari sekolah dasar dan berlanjut pada pendidikan menengah dan tinggi.
Dalam pembelajaran dengan penerapan strategi belajar metode PQ4R, maka aktivitas yang akan dilakukan oleh guru memenuhi langkah-langkah seperti pada Tabel 10.2
Tabel 10.2
Langkah-langkah penerapan pembelajaran strategi PQ4R
No | Aktivitas Guru | Aktivitas |
I | PENDAHULUAN a. Menyampaikan tujuan pembelajaran. b. Mengkaitkan pelajaran yang akan dipelajari dengan pengetahuan awal siswa. c. Memotivasi siswa.
|
a. Dalam pelaksanaan KBM guru menginformasikan Tujuan Pembelajaran secara lisan, dan menuliskan TPK yang akan dicapai; b. Guru mengingatkan kembali materi-materi sebelumnnya yang relevan dengan materi yang akan disampaikan; c. Guru memotivasi siswa dengan memperlihatkan fenomena tervisualisasi. Misalnya, dalam mempelajari ekosistem guru memperlihatkan sebuah akuarium mini ekosistem (melalui charta) dan menanyakan kepada siswa komponen-komponen apa saja yang terdapat pada gambar tersebut. |
II | KEGIATAN INTI a. Mempresentasikan materi. b. Pemodelan strategi belajar metode PQ4R. c. Pemberian lahan terbimbing. d. Umpan balik. e. Pemberian latihan mandiri. |
a. Sebelum pelaksanaan pengajaran strategi belajar, guru mempresentasikan sedikit gambaran umum dari materi yang akan dipelajari; b. Guru memodelkan keterampilan strategi belajar metode PQ4R langkah perlangkah pada tiap-tiap tahapnya, dengan memakai sedikit materi dari bacaan; c. Siswa dibawah bimbingan guru melakukan keterampilan strategi belajar PQ4R, dengan mengerjakan Kertas Kerja siswa. d. Pada tahap umpan balik, guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mereka jawab. Guru menunjuk beberapa siswa; e. Guru memberikan latihan mandiri kepada siswa untuk membaca kelanjutan dari isi bacaan pada buku siswa dengan memakai keterampilan strategi belajar metode PQ4R.
|
III | PENUTUP a. Merangkum pelajaran b. Catatan | Guru bersama-sama dengan siswa merangkum materi pelajaran dengan cara membaca kesimpulan yang telah dibuat dengan secara klasikal. a. Guru selama KBM, jangan membuat kesan yang monoton. b. Guru hendaknya menentukan waktu, kapan tiap-tiap tahap dilaksanakan. c. Tetap mempertahankan motivasi siswa. d. Guru hendaknya memakai kata-kata yang mudah dipahami siswa. e. Guru hendaknya membimbing siswa satu persatu pada saat melakukan pelatihan.
|
Diadaptasi dari Arends (1997 : 67 dan 257)
STRATEGI BELAJAR PETA KONSEP
(CONCEPT MAPPING)
A. STRATEGI BELAJAR
Tujuan utama pengajaran strategi adalah mengajarkan siswa untuk belajar atas kemauan dan kemampuan diri sendiri (pembelajar mandiri). Ada empat hal penting menurut Arends (dalam Nur, 2000a : 9) yang dilakukan siswa agar dapat belajar mandiri, yaitu :
(1) Secara cermat mendiagnosis suatu situasi pembelajaran tertentu.
(2) Memilih suatu strategi belajar tertentu untuk menyelesaikan masalah belajar tertentu yang dihadapi.
(3) Memonitor keefektifan strategi tertentu.
(4) Cukup termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar tersebut sampai masalah tersebut terselesaikan.
Satu contoh dari seorang pembelajar mandiri adalah seseorang yang mengetahui kapan penting untuk meringkas atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan sambil membaca suatu halaman dalam suatu buku atau mendengarkan presentasi guru dan seseorang termotivasi untuk melakukan suatu langkah-langkah kerja dan memonitor keberhasilannya.
Manurut Arends, dalam Nur (2000a : 25), ada empat jenis utama strategi belajar yang dapat dilatihkan, yaitu : strategi mengulang, strategi elaborasi, strategi organisasi, dan metakognitif.
1. Strategi Mengulang (Rehearsal Strategies)
Strategi mengulang membantu memindahkan pembelajaran dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang namun tidak membantu membuat bermakna informasi terbaru tersebut. Strategi-strategi mengulang dibedakan atas mengulang sederhana dan mengulang kompleks yang meliputi menggarisbawahi ide-ide kunci dan pembuatan catatan pinggir.
2. Strategi Elaborasi (Elaboration Strategies)
Arends (dalam Nur, 2000a), menyatakan bahwa : “Elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan lebih bermakna, oleh karenanya membuat pengkodean akan memberikan kemudahan dan lebih memberikan kepastian.” Dengan menggunakan strategi elaborasi akan lebih memungkinkan membantu pembelajar dalam pemindahan informasi baru dari memori jangka pendek terpilih untuk ditransfer ke memori jangka panjang dengan pengkodean atau dengan perincian informasi. Strategi elaborasi dibedakan atas pembuatan catatan, analogi, dan PQ4R (Preview (membaca selintas dengan cepat), Question (bertanya), Read (membaca), Reflect (refleksi), Recite (Tanya jawab sendiri), dan Review (mengulang secara menyeluruh)).
3. Strategi Organisasi (Organization Strategies)
Seperti halnya strategi elaborasi, tujuan strategi organisasi adalah membantu pembelajar meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru, terutama dilakukan dengan mengenakan struktur-struktur pengorganisasian baru pada bahan-bahan tersebut. Strategi organisasi terdiri atas pengelompokan ulang ide-ide atau istilah-istilah atau membagi ide-ide itu atau istilah-istilah itu menjadi subset yang lebih kecil. Strategi organisasi dibedakan atas perbuatan kerangka garis besar, pemetaan konsep, mnemonics yang meliputi pemeotongan, akronim, dan kata berkait.
4. Strategi Metakognitif (Metacognitive Strategies)
Metakognitif berhubungan dengan berpikir siswa tentang berpikir mereka sendiri dan kemampuan mereka menggunakan strategi-strategi belajar tertentu dengan tepat. Oleh karena itu pembelajar dapat diajarkan strategi-strategi untuk menilai pemahaman mereka sendiri, menghitung berapa waktu yang diperlukan untuk mempelajari sesuatu dan memilih rencana yang efektif untuk belajar atau memecahkan suatu masalah (Nur : 2000a).
B. KERANGKA DASAR STRATEGI BELAJAR PETA KONSEP
Penggunaan pengorganisasian awal (advance organizer) merupakan suatu alat pengajaran yang direkomendasikan oleh Ausubel (dalam Nur, 2000a), untuk mengkaitkan bahan-bahan pelajaran baru dengan pengetahuan awal. Pengetahuan awal menurut Ausubel, adalah menggarisbawahi ide-ide utama dalam suatu situasi pembelajaran yang baru dan mengkaitkan ide-ide tersebut dengan pengetahuan yang telah ada pada pembelajar.
Pemetaan konsep menurut Martin (1994), merupakan inovasi baru yang penting untuk membantu anak menghasilkan pembelajaran bermakna dalam kelas. Peta konsep menyediakan bantuan visual konkret untuk membantu mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut dipelajari. Para guru yang telah menggunakan peta konsep menemukan bahwa peta konsep memberi mereka basis logis untuk memutuskan ide-ide utama apa yang akan dimasukan atau dihapus dari rencana-rencana dan pengajaran sains mereka. Peta konsep membantu guru mamahami macam-macam kondep yang ditanamkan di topiklebih besar yang diajarkan.pemahaman ini akan memperbaiki perencanaan dan instruksi guru. Pemetaan yang jelas dapat membantu menghindari miskonsepsiyang dibentuk siswa. Tanpa peta konsep guru memilih untuk mengajar apa yang diingat atau disukai. Topic-topik yang dipilih guru dengan cara ini mungkin tepat, khususnya bagi guru yang telah memilikipengalaman sukses sebelum ini dengan materi tersebut.
1. Pengertian Konsep dan Peta Konsep
Konsep atau pengertian merupakan kondisi utama yang diperlukan untuk menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya berdasarkan ciri-ciri dari sekumpulan stimulus dan objek-objeknya (Djamarah & Zain, 2002 : 17). Carrol (dalam Kardi, (1997 :2) mendefinisakan konsep sebagai salah satu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisiskan sebagai suatu kelompok objek atau kejadian. Abstraksi berarti suatu proses pemusatan perhatian seseorang pada situasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu, serta mengabaikan elemen yang lain. Contoh bila seseorang ingin membuat abstraksi tentang daun, ia memusatkan pada warna daun dan mengabaikan bahwa daun sebagai habitat ulat daun. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk dapat menguasai konsep seseorang harus mampu membedakan antara benda yang satu dengan benda yang lain, peristiwa satu dengan peristiwa yang lain. Dengan menguasai konsep siswa akan dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut kosep itu, misalnya menurut warna, bentuk, besar, jumlah, dan sebagainya. Contoh konsep dalam biologi adalah biotic, abiotik, individu, populasi dan komunitas. Dengan menguasai konsep, dimungkinkan untuk memperoleh pengetahuan yang tidak terbatas.
Adapun yang dimaksud peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama (Martin, 1994). Agar pemahaman peta konsep lebih jelas, maka Dahar (1989) yang dikutip oleh Erman (2003), mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut :
(1) Peta konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu bidang studi fisika kimia, biologi, matematika. Dengan menggunakan peta konsep, siswa dapat melihat bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.
(2) Suatu peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang studi, atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan-hubungan yang proposional antara konsep-konsep.
(3) Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berati ada konsep yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep yang lain.
(4) Bila dua atau lebih konsep digambarakan dibawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hierarki pada peta konsep tersebut.
Berdasarkan ciri tersebut di atas maka sebaiknya peta konsep disusun secara hierarki, artinya konsep yang lebih inklusif diletakan pada puncak peta, makin ke bawah konsep-konsep diurutkan menjadi konsep-konsep yang kurang inklusif.dalam IPA peta konsep membuat informasi abstrak menjadi konkret dan sangat bermanfaat meningkatkan ingatan suatu konsep pembelajaran, dan menunjukan pada siswa bahwa pemikiran itu mempunyai bentuk.
2. Cara membuat Peta Konsep
Pembuatan peta konsep dilakukan dengan membuat suatu sajian visual atau suatu diagram tetang bagaimana ide-ide penting atau suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain. George Posner dan Alan Rudnitsky, dalam Nur (2000a : 36) menulis, bahwa “peta konsep mirip peta jalan, namun peta konsep menaruh perhatian pada hubungan antara ide-ide, bukan hubungan antara tempat”. Untuk membuat suatu peta konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasikan ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pole logis. Kadang-kadang peta konsep merupakan diagram hierarki, kadang-kadang peta konsep itu mengfokuskan pada hubungan sebab-akibat.
Arends (1997 : 258), memberikan langkah-langkah dalam membuat peta konsep sebagi berikut :
Langkah 1 mengidentifikasikan ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep. Contoh ekosistem
Langkah 2 menidentifiklasikan ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama. Contoh individu, populasi, komunitas.
Langkah 3 tempatkan ide-ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut.
Langkah 4 kelompokan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.
Berdasarkan pendapat di atas , dapatlah dikemukakan lankah-langkah dalam membuat peta konsep sebagai berikut: (1) memilih suatu bahan bacaan, (2) menentukan konsep-konsep yang relevan, (3) mengurutkan konsep-konsep dari yang inklusif ke yang kurang inklusif, (4) menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep yang inklusif diletakan di bagian atas atau puncak peta lalu dihubungkan dengan kata penghubung misalnya “terdiri atas”, “menggunakan” dan lain-lain.
3. Macam-macam Peta Konsep
Menurut Nur (2000b), peta konsep ada 4 macam, yaitu pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta konsep siklus (cyclone concept map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map).
a. Pohon Jaringan (network tree)
Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata yang lain dituliskan pada garis-garis penghubung. Garis-garis pada peta konsep menunjukan hubungan antara ide-ide itu. Kata-kata yang dituliskan pada garis memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pada saat mengkonstruksikan suatu pohon jaringan, tulislah topic itu dan daftarlah konsep-konsep utama yang berkaitan dengan konsep itu. Periksalah daftar dan mulai menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke khusus. Cabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu dari kosep utama dan berikan hubungan pada garis-garis itu. Pohon jaringan cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal berikut : (a) menunjukan sebab akibat, (b) suatu hierarki, (c) prosedur yang bercabang, dan (d) istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan.
b. Rantai Kejadian (event chain)
Nur (2000b) mengemukakan, bahwa peta kosep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur atau tahap-tahap dalam suatu proses. Dalam membuat rantai kejadian, pertama-tama temukan satu kejadian yang mengawali rantai itu. Kejadian ini disebut dengan kejadian awal. Kemudian, temukan kejadian berikutnya dalam rantai itu dan lanjutkan sampai mencapai suatu hasil. Rantai kejadian cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal berikut: (a) memberikan tahap-tahap dari suatu proses, (b) langkah-langkah dalam suatu prosedur linier, dan (c) suatu urutan kejadian.
c. Peta Konsep Siklus (cycle concept map)
Dalam peta konsep siklus, rangakaian suatu kejadian tidak menghasilkan suatu hasil final. Kejadian terakhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Karena tidak ada hasil dan kejadian terakhir itu menghubungkan kembali ke kejadian awal, siklus itu berulang dengan sendirinya. Peta konsep siklus cocok diterapkan untuk menunjukan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang-ulang (Nur, 2000b).
d. Peta Konsep sebagai Alat Evaluasi
Tingkat keberhasilan siswa dalam menyerap pengetahuan sangat beragam, maka diperlukan alat ukur yang beragam. Peta konsep dapat digunakan untuk mengetahui pengetahuan siswa sebelum guru mengajarkan suatu topik, menolong siswa bagaimana belajar, untuk mengungkapkan konsepsi salah (miskonsepsi) yang ada pada anak, dan sebagai alat evaluasi. Menurut Dahar (1989) dalam Sutowijoyo (2000), peta konsep sebagai alat evaluasi didasarkan atas tiga prinsip dalam teori kognitif Ausubel, yaitu :
(1) Struktur kognitif diatur secara hierarkis dengan konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang lebih inklusif, lebih umum, superordinat terhadap kosep-konsep dan proposisi-proposisi yang kurang inklusif dan lebih khusus.
(2) Konsep-konsep dalam struktur kognitif mengalami diferensiasi progresif. Prinsip ini menyatakan bahwa belajar bermakna merupakan proses yang kontinyu, di mana konsep-konsep baru memperoleh lebih banyak arti dengan dibentuk lebih banyak kaitan-kaitan proposional. Jadi konsep-konsep tidak pernah tuntas dipelajari, tetapi selalu dipelajari, dimodifikasi dan dibuat lebih inklusif.
(3) Prinsip penyesuaian integratif menyatakan bahwa belajar bermakna akan meningkat bila siswa menyadari akan perlunya kaitan-kaitan baru antara segmen-segmen konsep atau proposisi. Dalam peta konsep penyesuaian integratif ini diperlihatkan dengan kaitan-kaitan silang antara segmen-segmen konsep.
Karena peta konsep bertujuan untuk memperjelas pemahaman suatu bacaan, sehingga dapat dipakai sebagai alat evaluasi dengan cara meminta siswa untuk membaca peta konsep dan menjelaskan hubungan antara konsep yang lain dengan satu peta konsep.
10 nov 2010