STRATEGI PEMBELAJARAN
Banyak ungkapan yang sering dilontarkan melalui berbagai pertemuan atau media massa tentang rendahnya kualitas pendidikan di negara kita dewasa ini, bukan saja kualitas pendidikan sebagai dampak langsung yang dapat dilihat melalui hasil belajar anak tetapi sampai pada dampak pengiring yang dianggap kurang berhasil dibentuk melalui berbagai lembaga pendidikan. Hal ini dapat dilihat melalui berbagai tampilan perilaku yang kurang sesuai dengan martabat dan nilai-nilai luhur bangsa. Indikasi ini apabila dilihat dari aspek pembelajaran salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya perhatian para tenaga pendidik dalam merencanakan kegiatan pembelajaran khususnya dalam pemilihan strategi pembelajaran yang tepat.
Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat akan sangat membantu dalam menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan menggairahkan serta membangun iklim pembelajaran yang positif yang mampu meningkatkan peran aktif siswa dalam belajar. Suasana pembelajaran yang menyenangkan sebagai dampak dari kemampuan guru dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat akan memunculkan semangat siswa untuk belajar lebih lanjut dan mendorong mereka untuk mengembangkan kebiasaan belajar sepanjang hayat dimana pun mereka berada.
Berdasarkan alasan yang telah dikemukakan di atas, penyusun mencoba menguraikan beberapa gagasan mengenai strategi pembelajaran yang dikemukakan oleh beberapa akhli. Adapun pembahasan strategi pembelajaran dalam makalah ini meliputi pengertian, pertimbangan pemilihan, prinsip dan jenis strategi pembelajaran.
KAJIAN TEORITIS DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian Strategi Pembelajaran
Istilah strategi sering digunakan dalam banyak konteks dengan makna yang tidak selalu sama. Strategi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu Strategos yang berarti panglima atau jenderal, ilmu kejenderalan, ilmu kepanglimaan. Dalam Ensiklopedia Pendidikan, strategi disebut sebagai “The art of bringing forces to the battle field in fourable position.” Mengenai hal ini Gulo memberikan komentar bahwa strategi merupakan suatu seni yaitu seni membawa pasukan ke medan pertempuran dalam posisi yang paling menguntungkan (Gulo, 2002, 1 – 2). Strategi dapat pula diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan (Djamarah, 1996 : 5).
Strategi dalam dunia pendidikan dapat diartikan sebagai suatu seni dan ilmu untuk membawakan pengajaran di depan kelas sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien (Gulo, 2002 : 1). Rohani dan Ahmadi memberikan pengertian strategi dalam konteks pengajaran sebagai pola umum tindakan guru dan peserta didik dalam manifestasi aktivitas pengajaran (Rohani, 1991 : 31). Senada dengan apa yang dikemukakan oleh Rohani dan Ahmadi, Djamarah dan Zain menyebutkan bahwa strategi dalam konteks belajar mengajar dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan yang telah digariskan (Djamarah, 1965 : 5). Nana Sudjana (1988) sebagaimana dikutip Rohani mengartikan strategi mengajar (pengajaran sebagai taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar (pengajaran) agar dapat mempengaruhi siswa (peserta didik) mencapai tujuan pengajaran (TIK) secara lebih efektif dan efisien (Rohani, 1991 : 33).
Istilah pembelajaran muncul secara bertahap dan perkembangannya itu disebabkan karena perhatian terhadap anak didik dalam usaha pendidikan dan pengajaran. Pada awalnya, istilah “mengajar” sangat populer sebagai suatu upaya untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pandangan tentang anak berubah dengan penghargaan yang tinggi kepada anak sebagai manusia, sehingga istilah mengajar yang memiliki nuansa mencekoki anak dengan berbagai pengetahuan merupakan suatu tindakan searah dari guru dan untuk kepentingan guru (teacher oriented). Bersamaan dengan hal tersebut para ahli mulai menyadari bahwa sesungguhnya dalam pendidikan dan pengajaran, semua upaya pihak terkait dilakukan kepentingan siswa dan bukan untuk kepentingan guru, maka istilah “mengajar” diganti dengan proses “belajar-mengajar”.
Akan tetapi istilah “belajar-mengajar” dirasakan tidak tepat, karena dalam praktek penyusunan persiapan mengajar dalam bentuk satuan pelajaran, para guru sering terperosok kepada penataan kegiatan belajar mengajar secara terpisah, sehingga tersusun suatu daftar kegiatan yang dibagi dua, yaitu kegiatan guru dan kegiatan siswa, sehingga muncul istilah baru yang lebih tepat yaitu “membelajarkan” atau “pembelajaran”, karena mengajar itu merupakan upaya guru untuk membangkitkan yang berarti menyebabkan seseorang bangkit, yang berarti mendorong siswa untuk belajar. Untuk memperjelas uraian di atas dapat diilustrasikan pada bagan di bawah ini.
MENGAJAR ® BELAJAR-MENGAJAR ® MEMBELAJARKAN/PEMBELAJARAN |
Belajar dan pembelajaran tidak dapat dipisahkan, dua kata ini saling berkaitan, karena itu pembelajaran (Dikti, 1993) dapat diartikan sebagai upaya pembimbingan terhadap siswa itu secara sadar dan terarah berkeinginan untuk belajar dan memperoleh hasil belajar sebaik-baiknya, sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa yang bersangkutan (Sudirdjo, 2002).
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang serangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan tertentu. Kemp (1995) menyebutkan strategi pembelajaran sebagai suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Sedangkan Dick dan Carey (1985) menyebutkan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa (Sanjaya, 2006, 1924).
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa “Strategi pembelajaran adalah suatu cara atau taktik yang dilakukan oleh guru dalam upaya pembimbingan terhadap siswa agar siswa itu secara sadar dan terarah berkeinginan untuk belajar dan memperoleh hasil belajar sebaik-baiknya sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa yang bersangkutan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
B. Komponen Strategi Pembelajaran
Komponen strategi pembelajaran terdiri dari : 1) tujuan, 2) bahan pelajaran, 3) kegiatan pembelajaran, 4) metode, 5) alat, 6) sumber pelajaran dan 7) evaluasi (Roestiyah, 1991; 44).
Tujuan pembelajaran merupakan deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) murid-murid yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita berikan. Bahan pelajaran merupakan substansi materi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari kegiatan dalam pendidikan itu sendiri. Metode merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Beberapa bentuk metode pembelajaran diantaranya metode proyek, eksperimen, pemberian tugas, diskusi, sosiodrama, demonstrasi, problem solving, karyawisata, tanya jawab, latihan dan ceramah. Alat merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran, misalnya papan tulis, spidol, OHP dan lain sebagainya. Sumber pelajaran merupakan bahan/materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar, misalnya manusia, buku, perpustakaan, museum dan lain sebagainya. Sedangkan evaluasi dapat diartikan sebagai kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan hasil belajarnya.
C. Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran
Berbagai pertimbangan yang harus diperhatikan dalam memilih strategi pembelajaran yang akan dilakukan diantaranya pertimbangan yang berhubungan dengan : 1) tujuan yang ingi dicapai, 2) bahan atau materi pembelajaran, 3) siswa, 4) pertimbangan lainnya (Sanjaya, 2006 : 128).
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai diantaranya apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai diantaranya apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek kognitif, afektif atau psikomotor? bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkatnya tinggi atau rendah? Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis?
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan berkaitan dengan bahan atau materi pembelajaran diantaranya apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?, apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak? apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu?
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan berkaitan dengan siswa diantaranya apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa?, apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat dan kondisi siswa? Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan gaya bahasa belajar siswa?
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan berkaitan dengan pertimbangan lainnya yaitu apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu strategi saja?, apakah strategi yang kita tetapkan dianggap satu-satunya strategi yang dapat digunakan?, apakah strategi itu memiliki nilai efektivitas dan efisiensi?
D. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran
Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan pembelajaran dan semua keadaan. Beberapa prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran diantaranya : 1) berorientasi pada tujuan, 2) aktivitas, 3) individualitas, 4) integritas (Sanjaya, 2006, 129-131).
Keberhasilan strategi pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru perlu dengan cermat menganalisis berbagai tujuan pembelajaran sehingga tidak salah dalam memilih strategi pembelajaran yang akan digunakan. Strategi pembelajaran yang dipilih guru harus mampu membangkitkan siswa untuk beraktivitas. Aktivitas dalam hal ini adalah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran baik secara fisik maupun mental. Strategi pembelajaran yang dipilih harus sesuai dengan gaya belajar masing-masing siswa. Guru perlu memiliki kemampuan untuk menganalisis kemampuan, karakteristik, gaya belajar dan minat siswa secara individual sehingga ia dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan perbedaan individual yang dimiliki masing-masing siswa. Strategi pembelajaran harus mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa secara terintegrasi. Potensi-potensi tersebut diantaranya kognitif, afektif, psikomotor dan kepribadian.
Prinsip pembelajaran secara khusus diuraikan dalam Bab IV Pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 yang menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.
E. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
Beberapa jenis strategi pembelajaran diantaranya : 1) strategi penyampaian (exposition/direct instruction), 2) strategi penemuan (discovery learning), 3) pembelajaran kelompok (cooperative learning), 4) pembelajaran individual (individual learning), (Rowntree, 1974 dalam Sanjaya, 2006 : 126).
Dalam strategi exposition, bahan pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk jadi, siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut, guru berfungsi sebagai penyampai informasi. Sedangkan dalam strategi discovery bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui kegiatan berbagai aktivitas, guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing.
Strategi pembelajaran individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan keberhasilan pembelajaran siswa ditentukan oleh individu siswa yang bersangkutan, bentuk kegiatan belajar dapat dilakukan melalui modul, kaset, CD, VCD dan lain sebagainya. Sedangkan dalam pembelajaran cooperative, kegiatan belajar dilakukan secara beregu, dibimbing oleh seorang atau beberapa orang guru, siswa belajar dalam kelompok kecil atau besar, setiap individu dianggap memiliki kemampuan yang sama.
Ditinjau dari cara penyajian dan pengelolaannya, strategi pembelajaran dapat pula dibedakan antara strategi pembelajaran deduktif dan induktif (Sanjaya, 2006 : 127). Strategi pembelajaran deduktif dilakukan dengan mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu kemudian dicari kesimpulan dan ilustrasi-ilustrasi, bahan pelajaran dimulai dari hal yang abstrak menuju kepada yang lebih konkret. Sedangkan dalam pembelajaran induktif dimulai dengan mengenalkan contoh konkret dan ilustrasi kemudian menuju pada materi yang lebih abstrak.
Mengacu pada jenis-jenis strategi pembelajaran yang dikemukakan oleh Rowntree (1974), Sanjaya (2006) mengemukakan 8 jenis strategi pembelajaran yang berkembang pada tahap selanjutnya yaitu : 1) Strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa (PBAS), 2) Strategi pembelajaran ekspositori (SPE), 3) Strategi pembelajaran inkuiri (SPI), 4) Strategi pembelajaran berbasis sekolah (SPPKB), 6) Strategi pembelajaran kooperatif (SPK), 7) Strategi pembelajaran kontekstual (CTL), 8) Strategi pembelajaran afektif. Kedelapan strategi pembelajaran tersebut di atas memiliki berbagai prinsip dan karakteristik yang berbeda. Strategi pembelajaran ini dapat dipilih sesuai dengan tujuan dan kebutuhan masing-masing pembelajaran. Setiap strategi memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, sehingga guru perlu memilih dengan cermat strategi mana yang paling sesuai untuk siswa dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Perbedaan masing-masing strategi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
JENIS-JENIS STRATEGI PEMBELAJARAN
JENIS | DESKRIPSI |
1. Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) | Latar belakang : · Asumsi tentang filosofis pendidikan : pendidikan bertujuan mengembangkan seluruh potensi anak didik. · Asumsi tentang siswa sebagai subjek pendidikan, anak didik bukanlah objek yang harus dijejali informasi. · Asumsi tentang guru : bertanggung jawab terhadap keberhasilan belajar, kemampuan profesional dan kode etik guru, sebagai sumber belajar dan organisator. · Asumsi tentang proses pengajaran : sebagai suatu sistem, proses dan produk, penggugah metode dan teknik yang tepat dan berdaya guna, kegiatan belajar siswa secara optimal, belajar terjadi jika anak berinteraksi dengan lingkungan dan diatur oleh guru. Tujuan : · Proses pembelajaran : aktivitas siswa secara optimal. · Hasil belajar : seimbang dan terpadu antara kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. · Kualitas pembelajaran lebih bermakna. · Mengembangkan seluruh potensi anak didik. Peran Guru : · Mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. · Menyusun tugas-tugas belajar bersama siswa. · Menginformasikan kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan. · Memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa yang memerlukannya. · Memberikan motivasi, mendorong siswa untuk belajar dan membimbing dan lain sebagainya melalui pengajuan pertanyaan. · Membantu siswa dalam menarik suatu kesimpulan. Implementasi : · Bentuk kegiatan dapat berupa mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah. · Dilihat dari proses perencanaan : adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun rencana pembelajaran, menentukan sumber belajar dan media pembelajaran. · Dilihat dari proses pembelajaran : adanya keterlibatan siswa secara fisik, mental, intelektual dalam proses pembelajaran, mencari dan memanfaatkan sumber belajar, melakukan belajar yang kondusif, belajar secara langsung (experiental learning), interaksi multi arah. · Dilihat dari proses kegiatan evaluasi : adanya keterlibatan siswa untuk melakukan self evaluation terhadap hasil pembelajaran yang telah dilakukan, kemandirian dalam mengerjakan tes atau tugas, kemauan menyusun laporan baik secara tertulis maupun lisan berkenaan dengan hasil belajar yang diperolehnya. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan : · Guru : kemampuan guru dalam mendesain perencanaan, proses dan evaluasi pembelajaran, sikap profesional guru (motivasi), latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru. · Sarana belajar : ruang kelas, media dan sumber belajar. · Lingkungan belajar : fisik (jumlah kelas, laboratorium, perpustakaan, kantin, kamar mandi, lokasi, jumlah dan keadaan guru), psikologis (iklim sosial yang ada di lingkungan sekolah, misal keharmonisan hubungan antara guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah, pihak sekolah dengan orang tua). |
2. Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE) | Pengertian : Proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi secara optimal. Karakteristik : · Bertutur secara lisan · Materi sudah jadi · Teacher centered oriented · Academic achievement Prinsip Penggunaan : · Berorientasi pada tujuan (bentuk tingkah laku yang dapat diukur, berorientasi pada kompetensi yang dapat dicapai siswa, tujuan dirumuskan secara spesifik dengan tingkat yang tidak terlalu tinggi untuk mendukung tingkat efektivitas). · Komunikasi (pesan disampaikan dengan jelas dan berupaya menghilangkan setiap gangguan yang dapat terjadi). · Kesiapan (kesiapan membantu siswa dalam merespon setiap stimulus yang terjadi dalam proses pembelajaran. · Berkelanjutan (siswa didorong untuk mempelajari kembali bahan yang sudah diberikan melalui kegiatan belajar mandiri). Efektivitas Penggunaan : · Guru akan menyampaikan materi baru yang harus dikuasai siswa. · Apabila guru menginginkan agar siswa memiliki gaya intelektual tertentu, misalnya dalam mengingat fakta. · Jika bahan yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan. · Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topik tertentu · Guru ingin mendemonstrasikan teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktik. · Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru perlu menjelaskan untuk seluruh siswa. · Apabila guru mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan yang rendah. · Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang berpusat pada siswa, misal tidak ada sarana dan prasarana yang dibutuhkan. · Hika guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa. Prosedur Pelaksanaan : · Rumuskan tujuan yang ingin dicapai. · Kuasai materi pelajaran dengan baik. · Kenali metode dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi proses penyampaian. Langkah Penerapan : · Persiaapan (preparation) : tahap ini bertujuan mengajak siswa keluar dari kondisi yang pasif, membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar, merangsang dan menggugah rasa ingin tahu, menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka. Hal-hal yang dapat dilakukan yaitu diberikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif, kemukakan tujuan yang harus dicapai, buka file dalam otak siswa dengan cara mengaitkan dengan materi yang sudah mereka kenal sebelumnya. · Penyajian (presentation) : hal yang dapat dilakukan gunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami, perhatikan tingkat pengembangan audiens, atau intonasi suara, jaga kontak mata dengan siswa, gunakan joke yang menyebarkan secara relevan dan seimbang. · Menghubungkan (corelation) : menghubungkan materi pelajaran dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. · Menyimpulkan (generalization) : hal ini dapat dilakukan dengan mengulang kembali materi yang telah disampaikan, mengajukan pertanyaan yang relevan dengan materi, melakukan maping (pemetaan keterkaitan antara materi-materi pokok). · Penerapan (aplication) : hal ini dapat dilakukan dengan membuat yugas dan tes yang relevan dengan materi yang disajikan. Keunggulan : · Guru dapat mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran sehingga dapat mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menguasai bahan pelajaran. · Efektif apabila materi cukup luas, dan waktu belajar terbatas. · Siswa dapat mendengar, melihat dan mengobservasi melalui pelaksanaan demonstrasi. Kelemahan : · Hanya mungkin dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak dengan baik. · Tidak mungkin melayani berbagai perbedaan individual anak. · Sulit mengembangkan kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal dan kemampuan berpikir kritis. · Keberhasilan sangat tergantung pada kemampuan guru. · Komunikasi terjadi satu arah (one-way communication) |
3. Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) | Latar belakang teori : Aliran belajar kognitif (asumsi belajar merupakan proses mental dan proses berpikir seseorang untuk memaknai lingkungannya) · Teori belajar gestalt : (koffka, perubahan perilaku terjadinya karena adanya insight dalam diri siswa, guru berperan menyediakan lingkungan yang memungkinkan siswa menangkap dan mengembangkan insight tersebut). · Teori belajar medan : (Kurt Lewin, belajar merupakan proses pengubahan struktur kognitif, hadiah dan kesuksesan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa). · Teori belajar konstruktivistik : (Piaget, pengetahuan bermakna apabila dicari dan ditentukan sendiri oleh siswa melalui proses skema asimilasi dan akomodasi). Pengertian : Rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (disebut strategi heuristik, heuristikein (Yunani : saya menemukan) Karakteristik : · Menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan pengetahuan (siswa sebagai subjek/student centered approach). · Seluruh aktivitas diarahkan agar siswa dapat menemukan sendiri dari pertanyaan yang diajukannya sehingga muncul sikap percaya diri (self belief). · Mengembangkan kemampuan berpikir sistematis, logis dan kritis sebagai bagian dari proses mental. Prinsip Penggunaan : · Berorientasi pada pengembangan intelektual : pengetahuan yang ditemukan oleh siswa melalui proses berpikir harus merupakan sesuatu yang dapat ditemukan bukan sesuatu yang tidak pasti. · Interaksi : guru sebagai pengatur interaksi, interaksi terjadi secara multi arah. · Bertanya : guru kuasai jenis dan teknik (misal : bertanya untuk meminta perhatian, melacak, mengembangkan kemampuan, menguji). · Belajar untuk berpikir : belajar harus mampu mengembangkan seluruh potensi otak yang dapat dilakukan melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan. · Keterbukaan : proses mencoba berbagai kemungkinan, guru bertugas memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dan membuktikan kebenaran hipotesis secara terbuka. Efektifivitas Penggunaan : · Guru mengharapkan siswa menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. · Bahan yang akan diajarkan tidak berupa fakta atau konsep yang sudah jadi tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian. · Proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu. · Jika guru mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan dan kemauan berpikir. · Jumlah siswa yang belajar tidak terlalu banyak sehingga mudah untuk dikendalikan. · Guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa. Langkah Pelaksanaan : · Orientasi : membina suasana dan iklim pembelajaran yang responsif. Hal ini dapat dilakukan dengan menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa, menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan, menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. · Merumuskan masalah : membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki untuk dipecahkan. Hal yang harus diperhatikan diantaranya masalah yang dirumuskan sendiri oleh siswa, masalah mengandung teka-teki yang jawabannya pasti, konsep-konsep sudah diketahui siswa terlebih dahulu. · Merumuskan hipotesis : hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang diuji. · Mengumpulkan data : merupakan kegiatan monitoring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. · Menguji hipotesis : merupakan proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. · Merumuskan kesimpulan : proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Kesulitan Pengimplementasian : · Proses berpikir yang bersandar pada proses dan hasil belajar. · Budaya belajar siswa yang sulit dirubah, siswa memerlukan waktu yang lama untuk merumuskan jawaban pertanyaan. · Sistem pendidikan yang konsisten. Keunggulan : · Pengembangan aspek kognitif, afektif untuk psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran dianggap lebih bermakna. · Siswa dapat belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing. · Sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku karena adanya pengalaman. Kelemahan : · Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. · Sulit merencanakan pembelajaran karena bertentangan dengan kebiasaan belajar siswa. · Memerlukan waktu yang panjang. · Apabila keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa dalam menguasai materi maka SPI sulit diimplementasikan. |
4. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) | Latar belakang teori : · Aspek psikologi belajar : psikologi kognitif yang menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku karena adanya pengalaman. · Aspek filosofis : fungsi sekolah sebagai wadah untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di masyarakat dan mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Pengertian : Rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Tujuan : · Membangun kemampuan siswa dalam berpikir kritis, analitis, logis, sistematis untuk menemukan pemecahan masalah melalui eksplorasi dan secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah. Karakteristik : · Rangkaian aktivitas pembelajaran melalui keaktifan berpikir, berkomunikasi mencari dan mengolah data, menyimpulkan masalah. · Pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. · Penyelesaian masalah menggunakan pendekatan berpikir ilmiah. Implementasi : · Ketiga guru menginginkan siswa menguasai dan memahami materi secara penuh. · Apabila guru bermaksud mengembangkan keterampilan berpikir rasional. · Ketika guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa. · Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya. · Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya. Pemilihan Bahan Pelajaran : · Bahan harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik. · Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa. · Bahan yang dipilih berhubungan dengan kepentingan orang banyak. · Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku. · Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya. Tahapan/Langkah Pelaksanaan : · Menyadari masalah · Merumuskan masalah · Merumuskan hipotesis · Mengumpulkan data · Menguji hipotesis · Menentukan pilihan penyelesaian Keunggulan : · Teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran. · Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. · Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa. · Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. · Mengembangkan minat siswa untuk belajar lebih lanjut. Kelemahan : · Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan mereka merasa enggan untuk mencoba. · Membutuhkan pemahaman cukup waktu untuk persiapan. · Tanpa pemahaman mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari. |
5. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) | Latar belakang : · Filosofis : dipengaruhi oleh aliran filsafat konstruktivis yang menyebutkan bahwa : 1) pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasikan objek tersebut, 2) pengetahuan bukan merupakan gambaran dunia kenyataan belaka tetapi selalu merupakan konstuksi kenyataan melalui subjek, 3) subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang perlu untuk pengetahuan, 4) pengetahuan dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang, struktur konsepsi membentuk pengetahuan apabila konsepsi itu berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang. · Psikologis : dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif yang menyebutkan bahwa : 1) belajar merupakan peristiwa mental bukan behavioral, 2) belajar merupakan proses aktif individu dalam membangun pengetahuan dan pencapaian tujuan, 3) belajar tergantung pada individu yang belajar (student centered). Tujuan : · Proses pembelajaran : aktivitas siswa secara optimal. · Hasil belajar : seimbang dan terpadu antara kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. · Kualitas pembelajaran lebih bermakna. · Mengembangkan seluruh potensi anak didik. Peran Guru : · Mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. · Menyusun tugas-tugas belajar bersama siswa. · Menginformasikan kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan. · Memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa yang memerlukannya. · Memberikan motivasi, mendorong siswa untuk belajar dan membimbing dan lain sebagainya melalui pengajuan pertanyaan. · Membantu siswa dalam menarik suatu kesimpulan. Implementasi : · Bentuk kegiatan dapat berupa mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah. · Dilihat dari proses perencanaan : adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun rencana pembelajaran, menentukan sumber belajar dan media pembelajaran. · Dilihat dari proses pembelajaran : adanya keterlibatan siswa secara fisik, mental, intelektual dalam proses pembelajaran, mencari dan memanfaatkan sumber belajar, melakukan belajar yang kondusif, belajar secara langsung (experiental learning), interaksi multi arah. · Dilihat dari proses kegiatan evaluasi : adanya keterlibatan siswa untuk melakukan self evaluation terhadap hasil pembelajaran yang telah dilakukan, kemandirian dalam mengerjakan tes atau tugas, kemauan menyusun laporan baik secara tertulis maupun lisan berkenaan dengan hasil belajar yang diperolehnya. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan : · Guru : kemampuan guru dalam mendesain perencanaan, proses dan evaluasi pembelajaran, sikap profesional guru (motivasi), latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru. · Sarana belajar : ruang kelas, media dan sumber belajar. · Lingkungan belajar : fisik (jumlah kelas, laboratorium, perpustakaan, kantin, kamar mandi, lokasi, jumlah dan keadaan guru), psikologis (iklim sosial yang ada di lingkungan sekolah, misal keharmonisan hubungan antara guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah, pihak sekolah dengan orang tua). |
7. Strategi pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning/CTL) | Latar belakang : · Filsofofis : filsafat konstruktivisme (Mark Baldwin, Jean Piaget : Belajar merupakan proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman, anak memiliki struktur kognitif berupa skema yang pada perkembangannya skema disempurnakan oleh proses asimilasi (proses penyempurnaan skema) dan akomodasi (proses mengubah skema yang sudah ada menjadi skema baru). · Psikologis : Psikologis kognitif (proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan, belajar melibatkan proses mental yang tidak nampak seperti emosi, minat, motivasi dan kemampuan atau pengalaman. Pengertian : Rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (disebut strategi heuristik, heuristikein (Yunani : saya menemukan) Karakteristik : · Menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan pengetahuan (siswa sebagai subjek/student centered approach). · Seluruh aktivitas diarahkan agar siswa dapat menemukan sendiri dari pertanyaan yang diajukannya sehingga muncul sikap percaya diri (self belief). · Mengembangkan kemampuan berpikir sistematis, logis dan kritis sebagai bagian dari proses mental. Prinsip Penggunaan : · Berorientasi pada pengembangan intelektual : pengetahuan yang ditemukan oleh siswa melalui proses berpikir harus merupakan sesuatu yang dapat ditemukan bukan sesuatu yang tidak pasti. · Interaksi : guru sebagai pengatur interaksi, interaksi terjadi secara multi arah. · Bertanya : guru kuasai jenis dan teknik (misal : bertanya untuk meminta perhatian, melacak, mengembangkan kemampuan, menguji). · Belajar untuk berpikir : belajar harus mampu mengembangkan seluruh potensi otak yang dapat dilakukan melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan. · Keterbukaan : proses mencoba berbagai kemungkinan, guru bertugas memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dan membuktikan kebenaran hipotesis secara terbuka. Efektifivitas Penggunaan : · Guru mengharapkan siswa menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. · Bahan yang akan diajarkan tidak berupa fakta atau konsep yang sudah jadi tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian. · Proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu. · Jika guru mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan dan kemauan berpikir. · Jumlah siswa yang belajar tidak terlalu banyak sehingga mudah untuk dikendalikan. · Guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa. Langkah Pelaksanaan : · Orientasi : membina suasana dan iklim pembelajaran yang responsif. Hal ini dapat dilakukan dengan menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa, menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan, menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. · Merumuskan masalah : membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki untuk dipecahkan. Hal yang harus diperhatikan diantaranya masalah yang dirumuskan sendiri oleh siswa, masalah mengandung teka-teki yang jawabannya pasti, konsep-konsep sudah diketahui siswa terlebih dahulu. · Merumuskan hipotesis : hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang diuji. · Mengumpulkan data : merupakan kegiatan monitoring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. · Menguji hipotesis : merupakan proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. · Merumuskan kesimpulan : proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Kesulitan Pengimplementasian : · Proses berpikir yang bersandar pada proses dan hasil belajar. · Budaya belajar siswa yang sulit dirubah, siswa memerlukan waktu yang lama untuk merumuskan jawaban pertanyaan. · Sistem pendidikan yang konsisten. Keunggulan : · Pengembangan aspek kognitif, afektif untuk psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran dianggap lebih bermakna. · Siswa dapat belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing. · Sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku karena adanya pengalaman. Kelemahan : · Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. · Sulit merencanakan pembelajaran karena bertentangan dengan kebiasaan belajar siswa. · Memerlukan waktu yang panjang. · Apabila keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa dalam menguasai materi maka SPI sulit diimplementasikan. |
8. Strategi Pembelajaran Afektif | Landasan Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membantuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20/2003) Pasal 3 tentang Fungsi Pendidikan Nasional) Hakikat : Rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Proses Pembentukan Sikap : · Membangun kemampuan siswa dalam berpikir kritis, analitis, logis, sistematis untuk menemukan pemecahan masalah melalui eksplorasi dan secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah. Karakteristik : · Rangkaian aktivitas pembelajaran melalui keaktifan berpikir, berkomunikasi mencari dan mengolah data, menyimpulkan masalah. · Pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. · Penyelesaian masalah menggunakan pendekatan berpikir ilmiah. Implementasi : · Ketiga guru menginginkan siswa menguasai dan memahami materi secara penuh. · Apabila guru bermaksud mengembangkan keterampilan berpikir rasional. · Ketika guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa. · Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya. · Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya. Pemilihan Bahan Pelajaran : · Bahan harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik. · Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa. · Bahan yang dipilih berhubungan dengan kepentingan orang banyak. · Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku. · Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya. Tahapan/Langkah Pelaksanaan : · Menyadari masalah · Merumuskan masalah · Merumuskan hipotesis · Mengumpulkan data · Menguji hipotesis · Menentukan pilihan penyelesaian Keunggulan : · Teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran. · Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. · Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa. · Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. · Mengembangkan minat siswa untuk belajar lebih lanjut. Kesulitan yang dihadapi : · Proses pendidikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku cenderung diarahkan untuk pembentukan intelektual. · Sulitnya melakukan kontrol karena banyaknya faktor yang mempengaruhi perkembangan sikap seseorang. · Keberhasilan pembentukan teknologi khususnya teknologi informasi yang menyuguhkan aneka program. |
10 nov 2010